Saturday, February 27, 2016

makalah tuntas bakhil dalam islam

MAKALAH PELAJARAN AQIDAHMEMBAHAS TUNTAS BAKHIL DI AGAMA ISLAM




Nama Kelompok       :
1.    Erwin Fernanda                  No/Kelas   : 15/XI MIA 1
2.    M. Chozinatul Ulum           No/Kelas   : 22/XI MIA 1
3.    M. Safriyanto                       No/Kelas   : 25/XI MIA 1
4.    Yazidul Khoir                      No/Kelas   : 31/XI MIA 1

KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
MADRASAH ‘ALIYAH NEGERI 1 SURAKARTA
Jl. Sumpah Pemuda No. 25, Kadipiro, Banjarsari, Surakarta
TAHUN PELAJARAN 2016/2017




KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, Wr. Wb.
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Aqidah ini dengan baik. Shalawat serta salam kami curahkan kepada utusan kita nabi besar Muhammad SAW beserta para sahabatnya para tabi’in, tabi’ut tabi’in dan para pejuang islam yang masih berjuang dengan darah mereka, tinta mereka, pena mereka, serta harta mereka.
Penyelesaian makalah ini tidak lepas dari uluran tangan oleh beberapa  pihak, baik berupa moril dan material. Untuk ini, pada kesempatan ini penghargaan dan ucapan terima kasih yang setulus – tulusnya kami berikan kepada :
1.       Bp. Aris Musthofa, S. Ag selaku guru aqidah di kelas XI MIA 1 yang telah memberikan arahan dan memfalisitasi kami sehingga kami dapat meyelesaikan makalah ini dengan baik.
2.      Semua teman di kelas XI MIA 1 yang telah memebrikan dorongan dan motifasi kepada kami untuk memberikan yang terbaik untuk makalah ini.
3.      Yang terakhir semua pihak yang tidak bisa ditulis satu-persatu di makalah ini, kami hanya bisa berdo’a kepada Allah SWT, semoga amak baiknya bisa diterima di sisinya dan menjadi bekal di akhirat kelak. Amiin.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dengan kata sempurna, sehingga diharapkan dari semua pihak untuk memberikan masukan dan saran untuk menyempurnakan makalah ini.
Wassalamualaikum, Wr. Wb.



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Suatu ketika Al-Imam Ash-Shan’ani t mengatakan:
“Ketahuilah, bakhil adalah suatu penyakit, ia ada obatnya. Allah l tidaklah menurunkan penyakit, kecuali ada obatnya. Penyakit ini muncul dari dua sebab. Sebab pertama adalah cinta (menuruti keinginan) syahwat, yang tidak akan dicapai kecuali dengan harta dan angan-angan yang panjang. Sebab kedua adalah cinta yang mendalam kepada harta itu sendiri. Dia berupaya agar harta itu tetap tinggal (ada) padanya. Karena beberapa dinar (harta) misalnya, posisinya hanya sebagai utusan (pengantar), dengannya tercapai (sampailah) sekian hajat dan syahwat. Karenanya harta itu menjadi sesuatu yang dicintai (disenangi). Kemudian harta itu sendiri menjadi sesuatu yang dicintai. Karena sesuatu yang menjadi penyampai (perantara) kepada sekian kelezatan (berupa syahwat, kesenangan), adalah lezat, enak.
Terkadang dia melupakan tujuan yang dicapai, berupa hajat dan syahwat. Sehingga di sisinya harta itu menjadi sesuatu yang sangat dicintai (asalnya hanya sekadar menjadi perantara, berubah menjadi maksud dan tujuan, pen.). Jika demikian halnya, maka inilah puncak kesesatan. Karena, pada hakikatnya tidak ada perbedaan antara batu dan emas, kecuali dari sisi bahwa ia dapat dipakai untuk memenuhi banyak kebutuhan. Inilah sebab seorang cinta, senang kepada harta dan memiliki sikap kikir. Sedangkan obatnya adalah dengan lawan sebaliknya.
Maka untuk mengobati cinta (menuruti keinginan) syahwat, adalah qana’ah dengan sesuatu yang sedikit (selalu merasa cukup dengan apa yang telah diperoleh) dan dengan kesabaran. Adapun untuk mengobati angan-angan yang panjang, dengan memperbanyak mengingat kematian, juga mengingat kematian teman-temannya. Melihat kepada panjang dan lamanya rasa letih (yang menimpa) mereka di dalam mengumpulkan harta (semasa hidupnya). Kemudian setelah meninggal, (harta yang mereka kumpulkan, yang melupakan dari sekian banyak maksud dan tujuan, zakat/infaq pun tidak pernah mereka tunaikan) hilang sia-sia, tidak memberi manfaat bagi mereka.
Terkadang seseorang kikir terhadap harta yang dimiliki, disebabkan rasa belas kasihan kepada keturunannya, seperti anak-anak. Maka obatnya adalah hendaknya ia tahu bahwa Allah l Dialah Dzat Yang menciptakan mereka sekaligus yang menjamin rezekinya. Hendaknya ia juga melihat kepada dirinya sendiri, karena orangtua kadang tidak meninggalkan (memberi) untuk anaknya uang sepeser pun, (namun pada kenyataannya banyak anak yang dapat menjalani kehidupan, tanpa harus menggantungkan pemberian atau peninggalan orangtua, pen.). Hendaknya ia juga melihat kepada apa yang telah Allah l janjikan (persiapkan) bagi orang yang tidak berbuat kikir, dan mendermakan hartanya pada jalan yang Allah l ridhai. Semestinya ia melihat kepada ayat-ayat Al-Qur’an yang mendorong untuk bermurah hati (dermawan) dan menahan dari perbuatan kikir. Kemudian ia melihat akibat buruk yang terjadi di dunia.
Jadi, kedermawanan itu baik semuanya, selama tidak melewati batas, sampai pada pemborosan yang terlarang. Allah l telah mengajarkan hamba-hamba-Nya dengan sebaik-baik pengajaran, sebagaimana dalam firman-Nya:
“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah–tengah antara yang demikian.” (Al-Furqan: 67)
Maka sebaik-baik perkara adalah yang tengah-tengah.
Dan kesimpulannya adalah, apabila seorang hamba mendapati harta yang dia infaqkan (belanjakan) pada perkara yang ma’ruf dan dengan cara yang baik, maka (yakinlah) apa yang di sisi Allah l (harta yang diinfaqkan) lebih terjamin keberadaannya, ketimbang yang ada di tangannya (yang disimpan dan tidak diinfaqkan). Dan jika seorang tidak memiliki harta, maka hendaknya ia selalu qana’ah dan menjauhkan diri dari meminta-minta dan tidak tamak (rakus). (Subulus Salam, Bab At-Tarhib min Masawi’ Al-Akhlaq)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah t dalam Majmu’ Fatawa mengatakan bahwa kebakhilan adalah suatu jenis yang di bawahnya terdapat ragam, ada yang tergolong dosa besar dan ada yang tergolong dosa kecil seperti pada ayat Ali ‘Imran: 180, An-Nisaa: 36-37, At-Taubah: 34-35, 54, 76-77, Muhammad: 38, Al-Ma’un: 4-7, dan ayat-ayat lain yang ada dalam Al-Qur’an yang menyebutkan perintah untuk menunaikan zakat dan mendermakan harta serta celaan bagi siapapun yang meninggalkannya. Semuanya mengandung makna celaan terhadap sifat bakhil.
Wallahu a’lam bish-shawab.

B.     RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas, makalah ini diarahkan untuk menjawab pertanyaan sebagai mana yang berikut :
1.      Apa pengertian Bakhil menurut pandangan Islam
2.      Apa mudharat Bakhil menurut pandangan Islam ?
3.      Bagaimana cara menghindari bakhil menurut pandangan Islam ?

C.    TUJUAN MAKALAH
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, makalah ini mempunyai tujuan sebagaimana yang berikut :
1.      Mengetahui pengertian Bakhil menurut pandangan Islam.
2.      Mengetahui mudharat Bakhil menurut pandangan Islam.
3.      Mengetahui cara menghindari Bakhil menurut pandangan Islam.
  
D.    MANFAAT MAKALAH
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan makalah diatas, makalah ini mempunyai manfaat sebagaimana yang berikut :
1.      Dapat mengetahui pengertian Bakhil menurut pandangan Islam.
2.      Dapat mengetahui mudharat Bakhil menurut pandangan Islam
3.      Dapat mengetahui cara menghindari Bakhil menurut pandangan Islam.

  
BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pengertian bakhil
Bakhil/kikir adalah menahan harta yang seharusnya dikeluarkan. Menurut kitab At-Ta’rifat mendefinisikan bakhil dengan menahan hartany sendiri, yakni menahan memberikan sesuatu kepada diri dan orang lain yang sebenarnya tidak berhak untuk ditahan atau dicegah, misalnya uang, makanan, minuman, dll.  Dalam Tafsir Al-Maraghi jilid IV, Musthafa al Maraghi menjelaskan, bakhil adalah tidak mau menunaikan zakat dan enggan mengeluarkan harta dijalan allah, dalil yang melarang dari perbuatan bakhil diantaranya Qur’an Surat al-isra’ ayat 29-30 .
2.      Bahaya perilaku bakhil
a.      Mengakibatkan dosa besar
Firman Allah SWT :
 وَ لا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا لَهُمْ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَهُمْ سَيُطَوَّقُونَ                                                                                                                          مَا َخِلُوا بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلِلَّهِ مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ                                           

Artinya          : “Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S Ali Imran :180)


b.      Terpedaya dengan tipu daya setan 
Firman Allah SWT :
الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ ۖ وَاللَّهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلًا ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Artinya          : “Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui. ( Q.S Al-Baqarah : 268 )
c.       Penghalang masuk surga
Dalam sebuah hadits diriwayatkan :
لايدخلل الجنةحب ولا بخيل و سي ء الملكة
Artinya      : Tidak akan masuk surge ornag-orang yang menipu, bakhil ( kikir ), dan orang – orang yang buruk mengurus miliknya. ( HR. Bukhari )
d.      Rizki menjadi sempit
Dalam sebuah hadits diriwayatkan :
عن اسما ء ر ض قا ل لئ النب ص : لا تو كئ فنو كئ عليك
Artinya      : Dari Asma’ra ia berkata : Nabi SAW berpesan kepadaku, Janganlah kamu nakhil yang menyebabkan kamu disempitkan rezeqimu. ( HR. Bukhari )
e.       Sumber malapetaka kemanusiaan
Firman Allah SWT :
و اما من نخل و ا ستعنئ ( 7 ) و كذ ب با لحسنئ ( 8 ) فسنيسر ه للعسر ئ ( 10 ) و ما يغن عنه ما له اذا تردئ (11)
Artinya            : ( 8 ) Dan Adapun orang- orang  yang bakhil dan merasa dirinya cukup. ( 9 ) Serta mendustakan pahala yang terbaik. ( 10 ) Maka kelak kami akan menyiapkan baginya ( jalan ) yang sukar. ( 11 ) Dan hartanya tidak akan bermanfaat baginya apabila ia telah binasa. ( Q.S Al-Lail : 8 – 11 )

3.      Menghindari perilaku bakhil
a.       Keyakinan bahwa segala sesuatu milik Allah SWT.
و لله ما فئ السمو ت و ما فئ ا لارض و ا لئ ا لله تر جع الا مور( 109 )
Artinya            : Barang siapa yang bersyukur. Maka sesungguhnya dia bersyukur untuk ( kebaikan ) dirinya sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku yang Maha Kaya lagi Maha Mulia
b.      Banyak bersyukur atas nikmat Allah SWT.
و من شكر فا نما يسكر لنفسه ومن كفر فا ن ر بئ غنئ كريم
Artinya            : Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi dan kepada  Allahlah dikemablikan segala urusan. ( Q.S An- Naml )
c.       Gemar melakukan kegiatan sosial.
عن عد ي بن حا تم رض قا : سمعت ر سو ل الله ص يقو ل
Artinya            : Dari Aidiy bin Hatim RA, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda : Jagalah dirimu dari api neraka walau dengan sedeqah separuh biji kurma. ( HR Bukhari )
d.      Memohon perlindungan dari Allah SWT dari sifat bakhil.
ا للهم قنئ شح نفسئ و ا جعلنئ من المفلحين
Artinya            : Ya Allah, hilangkanlah dariku sifat pelit ( lagi tamak ), dan jadikanlah aku orang-orang yang beruntung


  
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Setelah melakukan kajian terhadap AL-Qur’an tentang bakhil dapat disimpulkan bahwa :
1.      Bakhil menurut pandangan islam adalah menahan memberikan sesuatu kepada diri dan orang lain yang sebenarnya tidak berhak untuk ditahan atau dicegah, misalnya uang, makanan, minuman, dll. 
2.      Adapaun mudhorot dari sifat bakhil menurut pandangan islam dianatarnya : mengakibatkan dosa besar, terpedaya dengan tipu daya setan, penghalang masuk surga, Rezeki menjadi sempit, sumber malapetaka bagi manusia.
3.      Dalam memberikan solusi terhadap perbuatan Bakhil menurut pandangan islam, Al-Qur’an telah memberikan petunjuk kepada manusia agar tidak terjerumus ke perbuatanya diantaranya : keyakinan  bahwa segala sesuatu hanyalah milik Allah, banyak bersyukur atas nikmat Allah, gemar melakukan social.
B.     Saran
Harapan kami, makalah ini tidak cukup disini saja, tetapi berlanjut pada permasalahan atau persoalan yang lebih kompleks lagi, karena kami yakin dan menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan. Dari pembahasan yang ada di makalah ini, tentunya menyisakan berbagai persoalan yang kiranya bisa ditindaklanjuti kemudian, sebagai upaya berkenesinambungan guna memepreoleh kesimpulan – kesimpulan diantaranya : selain kata bakhil ada kata pelit, kikir, menahan kewajiban,  dalam Al-Qur’an bernama Al-Syuttah. Dengan terfokus pada kata tersebut, diharapkan peneliti selanjutnya dapat menemukan penegertian yang berbeda dari kata bakhil untuk menlengkapi kajian makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA

1.     Akhmad Sodiq, M.Ag, Berakidah benar, Berakhlak Mulia, kelas XI Insan Madani, Sleman, 2006.
2.     A. Mustadjib dkk, Materi pokok, Aqidah Akhlak Buku II Modul 7-12, Jakarta, Dirjen Binbaga Islam dan UT, 1998.
3.     Usman, dkk, AKIDAH AKHLAK MA, KELAS XI , KEMENAG RI 2015.
4.     Abu Bakar Jabir Al- Jazairi, Minhaj AL-Muslim, Beirut: Dar al- FIkri, 1976.
5.     Ahmad Amin, Dhuha al-Islam, Jilid III, Kairo: Muktabah an – Nandhah, 1973.